Minggu, 07 Juli 2019

Marikultur untuk Perikanan di Era Revolusi Industri


Marikultur untuk Perikanan di Era Revolusi Industri
Nofita Adi Mulya
Maricultur (Marine Aquacultur) adalah sebuah sistem budi daya perairan yang berbasis air tawar dan air laut. Sistem budi daya marikultur bersifat terbuka (Open system), adanya interaksi antar biota kultur dengan lingkungan luar yang kuat dan hampir tidak ada pembatasan. Sistem budi daya yang berbasis laut menggunakan sarana produksi kandang atau hampa (pen-culture), JAKUSAR (Jaring kurung dasar), Jaring tancap (fied net cage), Sekat (enclosure), Keramba Jaring Apung (KJA), (Floating net cage), Rakit Tiang, Keramba, Tiang dan Longline. Budi daya laut dapat dilakukan dari sekitar pesisir pantai hingga laut dalam. Pembenihan biota laut yang umumnya dilakukan di daerah pesisir dengan membangun balai benih (Hatchry). Adanya faktor yang menjadi faktor perubahan parameter lingkingan yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan (Hatchry). Perubahan parameter lingkungan pesisir, karena kedekatannya dengan laut belum ekstrem, sehingga biota laut masih dapat beradaptasi. Secara khusus, pertanian ikan laut adalah contoh dari budi dadya dan begitu juga aadalah pertanian krustacea laut seperti udang, tiram (mollusca) dan rumput laut. Cabang khusus dari akuakultur yang melibatkan budi daya organisme laut untuk makanan dan produk lainnya di laut terbuka, bagian tertutup dari laut, arau di tangki, kolam atau saluran yang dipenuhi dengan air laut.
Luas wilayah di Indonesia yang terdiri dari 2/3 lautan menjadi peluang yang sangat besar bagi pengembangan budi daya laut atau marikultur di Industri. Potensi yang sangat besar jika dimanfaatkan secara maksimal, akrena dapat medorong  peningkatan produksi ikan yang selama ini masih mengandalkan hasil tangkapan di alam. Selain itu, produk perikanan di Indonesia saat ini telah banyak di minati pasar internasional, bahkan telah menjadi unggulan ekspor ke sejumlah negara. Oleh karena itu,  pemerintah  melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya untuk membangun industri marikultur di era revolusi. Budi daya perikanan melalui marikultur mulai dikembangkan di berbagai macam negara. Pengembangan budi daya ini tidak terlepas dari populasi ikan di laut dan meningkatnya permintaan terhadap produk perikanan dari tahun ke tahun secara internasional.

Kamis, 25 April 2019

Tantangan Pengembangan Perikanan Budidaya di Indonesia


Meskipun negara kita memiliki potensi yang tinggi, yakni memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km, akan tetapi tidak semua sumberdaya lahan pantai yang ada tersebut cocok, bahkan cukup banyak yang sulit dikembangkan untuk budidaya perikanan. Di samping itu pengembangan perikanan budidaya juga sulit untuk dijalankan jika pantai di wilayah tersebut telah diperuntukkan sebagai kawasan wisata. Hal ini merupakan kendala lingkungan yang masih sering ditemui dalam pengembangan budidaya laut dan pesisir di Indonesia.
Seperti kita ketahui, masing-masing sistem budidaya memiliki batas-batas dan prasyarat tertentu untuk dapat dikembangkan. Kawasan pantai yang berlumpur akan kurang sesuai jika digunakan sebagai lokasi budidaya jenis jenis ikan karang misalnya. Demikian juga pantai yang berkarang kurang tepat untuk digunakan sebagai lokasi budidaya spesies yang memerlukan pantai berpasir misalnya teripang pasir.

Senin, 22 April 2019

Potensi Besar Perikanan Tangkap di Indonesia

Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki luas lautan sekitar 5,8 juta km², pesisir, dan pulau-pulau kecil yang luas dan bermakna strategis sebagai pilar pembangunan ekonomi nasional. Selain memiliki nilai ekonomis, sumber daya kelautan juga mempunyai nilai ekologis. Di samping itu, kondisi geografis Indonesia terletak pada geopolitis yang strategis, yakni antara lautan Pasifik dan lautan Hindia yang merupakan kawasan paling dinamis dalam arus percaturan politik, pertahanan, dan kemanan dunia. Kondisi geo-ekonomi dan geo-politik tersebut menjadikan sektor kelautan sebagai sektor yang penting dalam pembangunan nasional.
Khusus untuk perikanan tangkap potensi Indonesia sangat melimpah sehingga dapat diharapkan menjadi sektor unggulan perekonomian nasional. Untuk itu potensi tersebut harus dimanfaatkan secara optimal dan lestari, Tugas ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan pemilik usaha guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan penerimaan negara yang mengarah pada kesejahteraan rakyat.

Hanya Ada Satu Laut. Inilah Saat yang Tepat untuk Menyelamatkannya.

Pekan ini para pemimpin dunia bertemu untuk membicarakan bagaimana kita dapat mengatasi krisis laut global. Pertemuan ini berlangsung di Indonesia, sebuah negara maritim yang sangat bergantung pada laut, namun juga harus menghadapi berbagai tantangan.
Sekitar 266 juta penduduk Indonesia hidup berdampingan di atas hamper seribu pulau. Lebih dari setengah kebutuhan protein hewani mereka didapatkan dari ikan dan makanan laut. Bahkan, sebanyak 2,8 juta keluarga menggantungkan mata pencahariannya pada industri komoditas laut. Kepulauan Indonesia merupakan bagian dari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) yang memiliki lebih dari tiga perempat total spesies terumbu karang dunia dan lebih dari sepertiga spesies ikan yang hidup di terumbu karang di dunia. Indonesia juga tercatat memasok sekitar 10 persen keseluruhan komoditas laut global. Namun, penangkapan ikan berlebih (overfishing) dan jumlah ikan yang menurun mengancam keberlangsungan perdagangan hasil laut dan mata pencaharian penduduk Indonesia. Menurut perkiraan, Indonesia juga merupakan kontributor sampah plastik laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.

Strategi Apa untuk Tingkatkan Produksi Perikanan Budidaya di 2018?


Tidak seperti 2017, Kementerian Kelautan dan Perikanan memberi target signifikan untuk sektor perikanan budidaya pada 2018. Tak tanggung-tanggung, di tahun mendatang tersebut, produksi ditargetkan bisa melambung ke angka 24,08 juta ton atau naik hampir 3 juta ton dari 2017 yang ditarget mencapai 22,46 juta ton.
Bagi KKP, target tersebut sudah rasional dan diperhitungkan dengan matang. Setidaknya, hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di Jakarta, awal pekan ini. Menurut dia, dengan target yang sudah ditetapkan, pihaknya akan bekerja keras melaksanakan program kerja di seluruh Indonesia.
“Tentu saja, didukung oleh anggaran yang besar,” ucap dia.
Anggaran besar yang dimaksud Slamet, adalah anggaran yang dikucurkan dari Pemerintah untuk KKP sebesar Rp7,28 triliun dan Rp944,8 miliar di antaranya dikucurkan untuk Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). Anggaran yang besarnya hampir Rp1 triliun itu, diakui dia cukup untuk menggeber berbagai program dari Sabang hingga Merauke sepanjang 2018 mendatang.

Susi Bidik 24 Juta Ton Produksi Budidaya Ikan Tahun Depan

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menganggarkan Rp 944,85 miliar untuk Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya tahun depan. Jumlah anggaran tersebut sesuai dengan isi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) APBN 2018 yang telah diberikan olehnya kepada Dirjen Perikanan Budidaya Slameg Soebjakto hari ini.
Berdasarkan data Ditjen Perikanan Budidaya, anggaran sebesar Rp 944,85 miliar tersebut akan digunakan 68% di antaranya untuk kegiatan prioritas, 8% untuk kegiatan pendukung dan 24% untuk kegiatan rutin.
Dari anggaran sebesar Rp 944,85 miliar tersebut, Ditjen Perikanan Budidaya menargetkan produksi perikanan budidaya tahun depan sebesar 24,08 juta ton, dengan rincian 7,91 juta ton untuk produksi budidaya perikanan dan 16,17 juta ton untuk rumput laut.