Meskipun
negara kita memiliki potensi yang tinggi, yakni memiliki garis pantai sepanjang
kurang lebih 81.000 km, akan tetapi tidak semua sumberdaya lahan pantai yang
ada tersebut cocok, bahkan cukup banyak yang sulit dikembangkan untuk budidaya perikanan. Di
samping itu pengembangan perikanan budidaya juga sulit untuk dijalankan jika
pantai di wilayah tersebut telah diperuntukkan sebagai kawasan wisata. Hal ini
merupakan kendala lingkungan yang masih sering ditemui dalam pengembangan budidaya laut dan pesisir di Indonesia.
Seperti kita ketahui, masing-masing sistem budidaya memiliki batas-batas dan prasyarat tertentu untuk dapat dikembangkan. Kawasan pantai yang berlumpur akan kurang sesuai jika digunakan sebagai lokasi budidaya jenis jenis ikan karang misalnya. Demikian juga pantai yang berkarang kurang tepat untuk digunakan sebagai lokasi budidaya spesies yang memerlukan pantai berpasir misalnya teripang pasir.
Seperti kita ketahui, masing-masing sistem budidaya memiliki batas-batas dan prasyarat tertentu untuk dapat dikembangkan. Kawasan pantai yang berlumpur akan kurang sesuai jika digunakan sebagai lokasi budidaya jenis jenis ikan karang misalnya. Demikian juga pantai yang berkarang kurang tepat untuk digunakan sebagai lokasi budidaya spesies yang memerlukan pantai berpasir misalnya teripang pasir.
Tantangan yang lain datang dari perubahan kualitas lingkungan, termasuk kualitas air, yang mempengaruhi produksi; dan kehadiran bencana alam seperti banjir dan tsunami. Banyaknya sungai yang tercemar bahan buangan atau limbah industry maupun limbah rumah tangga turut menurunkan kapasitas pantai dimana sungai sungai tersebut bermuara sebagai lokasi budidaya. Demikian juga bencana seperti banjir yang membawa beragam sampah ke laut turut menurunkan kualitas air di laut.
Selain
mempertimbangkan kesesuaian tempat, pengembangan budidaya pantai juga perlu memperhatikan
daya dukung lahan/lingkungan. Pengembangan usaha yang melampaui daya
dukung lingkungan dapat memunculkan berbagai dampak dan
permasalahan. Daya dukung lahan pantai untuk pertambakan misalnya,
ditentukan oleh mutu tanah, mutu air, sumber (asin dan tawar), hidrooseanografi
(arus dan pasang surut), topografi dan klimatologi daerah pesisir dan wilayah
tangkapan hujan di daerah hulu.
Masalah
lain muncul dari kerusakan-kerusakan lingkungan lahan budidaya akibat
pengelolaan yang keliru, pencemaran lingkungan atau bencana alam. Keluhan yang
kerap muncul terkait dengan pengelolaan lahan budidaya yang sembarangan adalah
meningkatnya kesuburan perairan secara berlebihan (eutrofikasi) akibat
pemupukan dan sisa pakan yang tidak terkonsumsi. Dampak selanjutnya
adalah terjadinya ledakan pertumbuhan ganggang dan fitoplankton yang tidak
dikehendaki, bahkan kadang kala dapat merugikan usaha budidaya yang dilakukan.
Di samping itu pengelolaan yang keliru juga dapat memicu timbulnya penyakit
yang bisa berakibat fatal pada ikan yang dibudidayakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar